Setiap orang yang baru pertama kali masuk ke dunia kerja, tentunya
akan berhadapan dengan yang namanya grogi, takut, bahkan stress.
Bagaimana ketika nanti berhadapan dengan atasan? Atau berhadapan dengan
rekan-rekean kerja yang sebelumnya tidak pernah saling kenal? Atau
mungkin kita dihinggapi rasa takut kalau kalau kita tidak bisa
beradaptasi dengan lingkungan baru. Mungkin yang sudah mempunyai
pengalaman kerja sebelumnya tidak akan se-rempong ini tingkat groginya.
Karena sudah pernah melewati fase pengalaman kerja pertama kali, mereka
mungkin akan lebih tenang menyikapi lingkungan baru di dunia kerjanya.
Kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman kerja pertama saya
setelah lulus kuliah tahun 2011 kemarin. Sekalinya kerja langsung
memasuki dunia baru yang tingklat stressnya 2 kali lipat atau bahkan
lebih. Saya tidak sedang berbicara lebay, jujur saya mengakui bahwa
bekerja di Negara orang memang butuh tenaga extra, otak yang diharuskan
untuk selalu berpikir dalam mencerna bahasa yang mereka sampaikan atau
yang ingin kita sampaikan, serta terakhir butuh hati atau mental yang
super duper kuatnya. Yang ketiga itu wajib dimiliki banget!
Kebanyakan, orang jepang gigih dan disiplin sekali dalam bekerja.
Masuk kerja lenih awal, pulang lebih lambat. Kalau terlambat walaupun
sudah ijin sebelumnya bakal terlambat entah karena kereta yang telat,
macet atau karena alasan lainnya tetap saja ketika datang ke tempat
kerja mereka akan merasa sangat malu karena terlambat. Saya jadi ingat
ketika jaman sekolah dari SD sampai jaman kuliah sering sekali terlambat
masuk. Walaupun sering pula mendapat hukuman-hukuman dari guru atau pak
satpam penjaga sekolah, ya tetep saja masih membudayakan keterlambatan!
(tak baik dicontoh :D).
Lepas dari rasa grogi, takut, atau stressnya menghadapi lingkungan
kerja baru, ada satu hal yang perlu kita perhatikan ketika pertama kali
masuk ke dunia kerja dan tidak hanya berlaku untuk yang bekerja di
Jepang saja sebenarnya. Ya, lakukan 5 S! SENYUM-SAPA-SALAM-SOPAN-SANTUN.
Istilah-itilah yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita.
The power of smile and The power of say hello is very amazing! Senyum
itu ibadah, senyum itu hadiah, senyum itu mempererat hubungan. Apalagi
orang Indonesia terkenal ramah dan murah senyum loh. Hehe, Alhamdulillah
ya.
Sebelumnya saya sudah menebak pastinya di hari pertama kerja saya
akan diminta untuk memperkenalkan diri di hadapan rekan-rekan kerja. Ya
benar saja! Berkali-kali saya mencoba menenangkan diri sambil terus
membaca kalimat basmalah dalam hati. Seandainya memakai bahasa
Indonesia, ingin sekali rasanya bicara panjang lebar tapi apa daya
pengetahuan bahasa jepang saya yang masih pas pasan ditambah rasa grogi
yang melanda akhirnya pagi itu saya hanya mengatakan, “Selamat pagi,
nama saya Farida. Mohon kerjasamanya.” sambil menebar senyum termanis
versi saya.
Jangan bosan ketika mereka banyak menanyakan hal yang sama pada kita
ketika kita baru msuk ke lingkungan kerja baru bersama mereka.
Pertanyaan yang sering saya terima dari orang yang berbeda antara lain :
“Gimana Jepang dingin ya?” -ini karena kebetulan pas sampai di tempat
kerja sudah masuk msuim gugur dan udaranya mulai sedikit dingin. Beda
lagi ketika masuk musim panas, “panasnya sama nggak kayak Indonesia?”.
Selain membahas musim, mereka juga selalu tanya, “bagaimana Jepang
menurutmu?”, “berapa lama belajar bahasa Jepang?” dan lain sebagainya.
Oiya, selain memperhatikan tentang 5S tadi, penting juga untuk
mengingat nama-nama rekan kerja kita. Kenapa? Mereka ternyata sangat
senang jika kita memanggil nama mereka ketika hendak memanggil, ngobrol
atau keperluan lainnya. Bukan hanya sekedar bilang, “maaf, permisi…”
diawal pembicaraan. Memangnya mau numpang lewat. Hehe. Dalam waktu
kurang lebih seminggu saya menargetkan harus menghapal nama 50 rekan
kerja ditambah sekitar 100 orang nama pasien (Lanatai 1 dan 2). Tentu
saja bukan hal yang mudah ketika kita harus mengingat nama dan jenis
huruf kanjinya. Ada yang pengucapan namanya sama, tapi jenis huruf
kanjinya berbeda. Tapi bukan masalah, yang utama kita kenal wajah dan
kenal nama panggilannya saja dulu.
Metode mengingat nama mereka mungkin bisa dibilang aneh. Saya selalu
membawa buku kecil atau memo di saku lengkap dengan bolpointnya. Saya
mencatat satu persatu nama-nama mereka beserta “ciri khusus” dari
mereka. Setiap orang kan pasti punya ciri khusus masing-masing baik dari
segi fisik ataupun dari segi lainnya. Contohnya, si A itu yang
rambutnya keriting. Si B yang kalau jalan kayak dikejar rentenir. Si C
yang ada tahi lalat di bawah bibirnya. Si D yang ceria sekali. Si E yang
wajahnya mirip sekali dengan aktor macho roy surya. Si F yang kalau
ngomong kayak shinkansen, kereta tercepat di Jepang. Dan seterusnya….
tapi namanya manusia pasti ada lupanya. Ketika saya pergi ke
supermarket, saya bertemu dengan salah satu rekan kerja yang saat itu
baru saja turun dari mobilnya. Dari belakang saya sentuh bahunya pelan
dan menyapa, “selamat malam, mau ke supermarket ya?”. Saya ingin sekali
menyapa namanya, tapi lupa. Ah biarkan saja, yang penting menyapa. Hihi.
Setelah pulang ke rumah, saya ingat-ingat lagi dan besoknya paginya
ketika bertemu di tempat kerja saya langsung sapa dia dengan nama.
Lalu berbicara soal mental, kita harus selalu siap ketika kita
ditegur karena kesalahan-kesalahan kita dalam melakukan tindakan apapun.
Namanya juga “orang baru”, dan justeru karena baru tidak masalah kita
melakukan banyak kesalahan karena berani mencoba asalkan kita bisa
mengevaluasi kesalahan-kesalahan kita lalu memperbaikinya. Tidak masalah
kita ditegur atau dimarahi di awal-awal daripada kita bermasalah di
kemudian. Jangan takut dan malu bertanyatentang apa saja yang
membingungkan atau yang sama sekali tidak kita pahami tentang pekerjaan
atau tentang apa yang mereka bicarakan.
Ada orang Jepang yang memahami kita orang asing, oleh karenanya ia
berbicara dengan pelan-pelan dan dengan menggunakan bahasa Jepang yang
mudah dicerna bahkan tak segan mereka menggunakan bahasa tubuh ketika
kita benar-benar tidak memahami. Ada juga orang Jepang yang cara
komunikasinya disamaratakan seperti ketika ia berkomunikasi dengan
sesama orang Jepang. Cepat dan “ngejlimet” bikin bingung nggak
ketulungan. Dalam keadaan seperti itu, jangan pernah bilang “mengerti”
atau sok-sokan ngangguk-nganggukin kepala tanda memahami apa yang mereka
bicaralan pada kita. Ini gawat! Kalau seandainya rasa tidak tahu kita
dibiarkan begitu saja tanpa bertanya ulang. Kita akan terjebak pada
kebingungan kronis yang kita ciptakan sendiri. :D So, Jangan malu bertanyaa yaa… Pisss..
Pada hakekatnya setiap ornag punya cara tersendiri dalam menyikapi
dunia kerja pertama kali, apapun yang membuat anda lebih tenanag dan
nyaman, lakukan saja. #EnjoyWorking
Tidak ada komentar:
Posting Komentar